Strategi Busuk sang Penguasa

Selasa, Agustus 05, 2008 | with 0 komentar »

Sudah bukan rahasia lagi pada era sekarang ini banyak abdi masyarakat yang sudah beralih menjadi abdi penguasa. Berbagai keluhan masyarakat setidaknya menjadi bukti penguatan atas terjadi kondisi terbalik di jajaran para penyelenggara pemerintahan di negeri ini.

Ketika menjelang pagelaran suksesi kepemimpinan, deretan abdi masyarakat yang menjadi abdi penguasa setidaknya kian kentara, terlebih bila sang penguasa ingin mempertahankan kekuasaan atau dengan kata lain menjadi incumbent dalam sebuah pesta demokrasi suksesi kepemimpinan.

Meski saat ini demokrasi pemilihan pemimpin secara langsung berada ditangan rakyat, namun tidak secara otomatis dapat menghilangkan sikap eweuh pakeweuh para abdi penguasa, meski sang penguasa sudah menjadi incumbent sekalipun.

Cukup banyak cara-cara yang dilakukan para abdi masyarakat yang telah menjadi abdi penguasa untuk “membela” sang atasannya. Dari mulai cara menyebar isu bahwa rakyat tak akan mendapat jatah Raskin bila tidak memilih kembali incumbent, sampai tega tidak mengakui warganya yang telah memberikan dukungan kepada calon pemimpin lain.

Rakyat mesti harus terus diingatkan bahwa yang namanya abdi negara—para penyelenggara pemerintahan mulai pusat hingga daerah, dari pangkat tinggi hingga golongan keroco—diharuskan netral dalam setiap pesta demokrasi suksesi kepemimpinan.

Saat ini, (rakyat sudah merasakan sendiri) kondisi sebaliknya yang terjadi, terutama pada pemilihan langsung kepala daerah atau Pilkada, dimana justru para abdi negara itu membela mati-matian pimpinan yang sedang berkuasa atau yang mencalonkan lagi—incumbent.

Bagi abdi masyarakat yang demikian—karena masih ada abdi rakyat yang memegang teguh idealisme netralitasnya—apapun akan dilakukan demi menjegal calon pesaing berat incumbent dalam upaya mempertahankan kekuasaannya.

Untuk membodohi rakyat yang berbeda pandangan, mereka biasanya melakukan upaya-upaya kotor, semisal menerapkan birokrasi berbelit dengan dalih berkaitan dengan urusan administrasi kepemerintahan. Kondisi demikian yang tengah terjadi ditengah menghangatnya wacana suksesi beberapa kepala daerah di Banten saat ini.

(Sudah) Ada abdi rakyat yang menjadi abdi penguasa—incumbent—dengan secara terang-terangan melakukan berbagai strategi (bagi mereka) cerdik tapi sebenarnya adalah memberikan pembodohan berdemokrasi kepada rakyat.

Meski sang incumbent yang dibela para badi “penguasa” berkilah tidak pernah memberikan instruksi atau menggunakan aparat birokrasi untuk memobilisasi rakyat agar mendukungnya, namun rakyat yang cerdas tetap menatap adanya strategi busuk yang tengah dimainkan penguasa.

0 komentar