Merdeka atau Mati (Suri)

Senin, Agustus 04, 2008 | with 0 komentar »

Pekikan “merdeka atau mati” bergaung begitu kencang pada 63 tahun silam. Pada masa perjuangan setengah abad lebih itu, para pejuang begitu gigih melawan penindasan kaum penjajah demi meraih satu kata; Kemerdekaan Bangsa (Indonesia).

Bagi para pejuang tempo doleloe, merdeka berarti bebas dari segala bentuk penjajahan dan penindasan. Merdeka berarti mudah untuk mendapatkan sandang, pangan atau pun papan, karena tak lagi dirampas kaum penjajah.

Karena itulah tujuan dari perlawanan rakyat negeri ini terhadap kaum penindas. Tujuan kemerdekaan itu tertera jelas dan tegas pada prambule Undang-Undang Dasar Negara; Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan pri keadilan.

Bagaimana masa sekarang? Setelah 63 tahun silam, pekikan merdeka atau mati tak lagi pernah terdengar diteriakan rakyat negeri ini. Yang ada justru pekikan mengandung kemarahan rakyat lantaran merasa belum sepenuhnya merdeka.

Pada masa sekarang pekik kemerdekaan berbalik menjadi berbagai teriakan hujatan kepada para perampas hak-hak (kemerdekaan) rakyat. Cacian dan makian kerap terdengar dikumandangkan rakyat ditengah gegap gempita penyambutan hari kemerdekaan bangsa ini.

Cacian rakyat yang berkeluh kesah lantaran terus tertekan oleh kenaikan harga berbagai bahan kebutuhan pokok. Para petani yang menjerit karena kehilangan pupuk. Padahal “nenek moyang” petani yang dulu ikut berjuang melawan penjajahan dan penindasan adalah demi kemudahan untuk mendapatkan pupuk.

Namun kenyataannya sekarang, hak-hak kemerdekaan rakyat itu justru dirampas oleh (oknum) bangsa sendiri. Korupsi kian merajalela, belum atau tidak ada tanda-tanda penegakan hukum yang pasti. Belum lagi, nepotisme, kolusi dan para oknum yang lebih mementingkan koncoisme.

Teriakan Merdeka atau Mati pada era sekarang ini telah berganti pekikan Lapar atau Mati Suri. Tak ada upaya yang dilakukan dari para pengklaim pejuang dan penjaga kemerdekaan bangsa untuk lebih mengendepankan kepentingan rakyat.

Yang ada saat ini adalah bagaimana mengisi kemerdekaan untuk mencari atau bahkan meningkatkatkan kepentingan pribadi maupun kelompoknya sendiri. Para pengklaim penyambung aspirasi rakyat, saling berlomba sikut menyikut hanya untuk sekadar dapat duduk di tampuk kekuasaan.

Tidak aneh bila saat ini rakyat cenderung apatis terhadap setiap peringatan hari-hari bersejarah bangsa. Peringatan hari-hari bersejarah bangsa dianggap hanya milik segelintir orang dengan hanya sebatas pagelaran seremoni tanpa membuahkan manfaat bagi rakyat dalam mendapatkan hak kemerdekaan.

0 komentar